Budidaya Halaban di Kampung Arang Desa Ranggang

Pohon Halaban

Ketersediaan bahan baku produksi arang kayu Halaban dari Kampung Arang Desa Ranggang harus sepenuhnya tercukupi. Tidak hanya sekarang, namun juga untuk menjaga keberlanjutan usaha arang kayu warga Desa Ranggang yang sudah turun temurun. 

Tentunya, juga untuk memastikan selalu terpenuhinya permintaan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri yang cenderung terus meningkat.

Hal ini tidak lain karena kayu Halaban sebagai bahan baku utama arang kayu masuk kategori Hard Wood atau kayu keras. Dimana hard word charcoal selama ini memang banyak diincar pembeli terutama pecinta arang jenis lump charcoal atau natural wood charcoal. 

Dimana, lump charcoal merupakan bentuk arang kayu berupa bongkahan atau batangan arang menyerupai bentuk alami kayu. Jadi, lump charcoal secara fisik alamiah berupa arang tanpa melalui proses tambahan seperti halnya dicetak dengan tekanan serta bentuk tertentu dimana tentu memerlukan zat perekat atau pengisi.

Untuk memastikan ketersediaan bahan baku kayu halaban secara jangka panjang tidak bisa hanya mengandalkan ketersediaan secara alami, sebab, masifnya pembukaan lahan baik itu untuk sektor pertambangan dan perkebunan maka akan semakin mengurangi ketersediaan cakupan bahan baku kayu halaban yang tersedia saat ini.

Menanam Pohon Halaban

Perlu langkah penyeimbang yang harus dilakukan oleh warga Kampung Arang Desa Ranggang. Misalnya, dengan membudidayakan pohon halaban, baik secara mandiri, plasma atau bekerjasama dengan pihak ketiga. 

Tentu hal ini tidaklah mudah, perlu campur tangan investor maupun pemerintah setempat untuk mewujudkannya. Mengingat masih tersedianya lahan yang cukup luas di Kalimantan Selatan, budidaya pohon halaban masih sangat memungkinkan.

Selain dengan cara budidaya, selama ini yang sudah dilakukan oleh tim pencari kayu bahan baku arang halaban menggunakan metode kearifan lokal. 

Yaitu, dengan tidak memotong habis batang kayu utama atau cukup menyisakan panjang batang sekitar 30 centimeter dari tanah lokasi tumbuh pohon halaban. Hal ini akan memicu tumbuhnya dua atau tiga tunas baru dari batang kayu halaban tersebut.

Dari hasil pengukuran kecepatan tumbuh batang tunas pohon halaban baru, dalam kurun waktu delapan bulan bisa mencapai diameter batang tunas sekitar 2,3 centimeter. 

Tumbuhnya dan pertumbuhan tunas dari sisa batang yang ditinggalkan penebang pohon tergolong lebih cepat dibandingkan dari tunas yang muncul dari biji dan akar kayu halaban. Selain untuk kesehatan, akar halaban juga dapat memunculkan tunas baru.

Kayu Halaban

Pertumbuhan menjadi lebih lama salah satu sebabnya adalah faktor kurangnya paparan sinar matahari secara langsung. Sebab, biji halaban banyak tertutup dedaunan, tumbuhan lain dan menunggu musim penghujan untuk memenuhi kondisi idealnya biji bertunas. 

Sama halnya tunas yang tumbuh alami dari akar kayu halaban, juga lebih lebih lama muncul karena lebih banyak yang tertutup tanah atau dedaunan yang mengompos. Sehingga menghalangi terpaparnya batang akar dari sinar matahari secara langsung.

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *